Kita mungkin mengenal Ki Hadjar Dewantara sebagai tokoh pendidikan di Indonesia. Di Riau, juga ada tokoh yang berjuang dalam dunia pendidikan yakni, Soeman Hasibuan atau sering disebut Soeman Hs.
Otobiografi Soeman berjudul Bukan Pencuri Anak Perawanyang ditulis Fakhrunnas MA Jabbar, mencatat, Soeman lahir 4 April 1904 di Bantan Tua, Kabupaten Bengkalis. Ayahnya Wahid Hasibuan atau Lebai Wahid dan ibunya Tarumun.
Soeman kecil belajar di Sekolah Melayu, setara sekolah rakyat—sekarang sekolah dasar—sampai 1918. Cita-cita Soeman jadi guru. Saat 13 tahun, Soeman melanjutkan Normaal Cursusdi Medan. Dua tahun kemudian, Soeman melanjutkan cita-citanya di Normaal School, Langsa, Aceh sampai 1923.
Selesai pendidikan, Soeman mengabdikan dirinya di Hollandsch Inlandsche School (HIS)—juga setara sekolah dasar—Siak Sri Indrapura. Muridnya anak-anak raja, keturunan tengku dan anak orang kaya masa itu. Soeman mengampu Bahasa Melayu. Wan Abdurrachman Walikota Pekanbaru Pertama dan Zalik Aris mantan Bupati Bengkalis adalah muridnya.
Sultan Siak Sultan Syarif Kasim II, saat berkunjung ke sekolah senang mendengar Soeman mengajar dan melihat tulisan Melayu di dinding kelas.
Hanya tujuh tahun Soeman di Siak. Sebab menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pemerintahan Belanda di Jakarta memindahkan Soeman di Pasir Pengaraian. Soeman pindah dalam suasana duka atas meninggalnya anak perempuannya yang baru berusia dua bulan.
Sepuluh hari perjalanan, Soeman disambut Raja Rambah. Disediakan rumah. Beberapa murid juga tinggal bersamanya. Soeman jadi Kepala Sekolah Melayu di sana. Masyarakat memanggilnya guru godang atau guru besar.
Setalah Belanda hengkang, Soeman dipindahkan ke Pekanbaru pada`1950. Pangkatnya naik jadi Penilik Sekolah Kepala, merangkap Kepala Jawatan Dinas Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan wilayah Pekanbaru dan Kampar. Di sinilah peran Soeman semakin banyak dalam pendirian sekolah.
Tahun itu, sebagai anggota Masyumi, Soeman bersama Zaini Kunin, Amiruddin Sutan Mantari, Sabar Z dan Yahya Zakaria mendirikan Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI). Ia cikal-bakal terbentuknya Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) dan ditunjuk jadi ketua yayasan. YLPI mengelola pendidikan dari taman kanak-kanak dan kelak universitas. Soeman juga mendirikan Sekolah Rakyat Islam.
Pengelola SMP Islam dan SR Islam kemudian membentuk Lembaga Pendidikan Islam (LPI). Soeman ditunjuk lagi sebagai ketua umum. Pada 1953, Soeman dan kawan-kawan menggagas SMP swasta baru setelah membentuk Yayasan Setia Dharma. Soeman sebagai pelaksana pembangunan.
Banyaknya siswa tamatan SMP yang hendak melanjutkan pendidikan, Soeman mendirikan SMA Setia Dharma. Saat Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Muhammad Yamin ke Pekanbaru, Soeman minta tambahan guru karena saat itu belum ada SMA pemerintah. Muhammad Yamin tidak memberi subsidi ke SMA Setia Dharma melainkan mendirikan SMA Negeri pertama di Pekanbaru.
Soeman menyelesaikan tugasnya di PPK 1960. Tapi dia masih berperan dalam pendirian perguruan tinggi di Riau. YLPI mendirikan Universitas Islam Riau (UIR) 4 September 1962 dan diresmikan 18 April 1963. Satu bulan kemudian, Soeman dan Sutan Balia mendirikan Universitas Riau, tepat 1 Oktober 1962.
Soeman juga banyak terlibat pendirian Institut Agama Islam Negeri—sekarang Uinversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim—yang awalnya berawal dari Fakultas Tarbiyah UIR. Soeman juga aktif mencari lokasi pendirian kampus ini sampai diresmikan 16 September 1970 di Jalan KH Ahmad Dahlan, Pekanbaru.
Masih banyak jasa Soeman dalam pendirian berbagai lembaga pendidikan di Riau.
Soeman purna tugas setelah 37 tahun mengabdi di dunia Pendidikan. Soeman meninggal 8 Mei 1999 di Pekanbaru. Namanya diabadaikan jadi nama pustaka wilayah Provinsi Riau.
Penulis Dicky Pangindra
Editor Suryadi M. Nur