DIBUKU Kegiatan DIBUKU

Achmad Hidir: Manusia Dibentuk oleh Alam

Sebelum membahas buku Marvin Harris; Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir, Achmad Hidir menceritakan satu komentar dari WA Group atas informasi yang dia bagikan. Itu berkenaan dengan kegiatan Senarai yang hendak membedah buku tersebut dan Achmad Hidir adalah pembedahnya.

“Wah. Buku Marvin Harris sangat bagu s. Tapi, sayang, pembedahnya bukan orang antropologi,” kata Hidir—sapaannya—meniru komentar dari dalam percakapan group asosiasi antropolog se-Sumatera itu.

Hidir menapaki jenjang akademisnya dari strata satu sosiologi. Kemudian magister antropologi dan gelar doktornya diraih dalam studi sosiologi pedesaan.

Menurut Hidir, sosiologi dan antropologi adalah saudara kandung, hanya beda waktu lahir. Sosiologi bersumber dari filsafat sosial—sehingga banyak sosiolog itu filsuf—sedangkan antropologi dari etnografi atas perjalanan orang-orang Eropa yang menemukan benda dan manusia dengan beragam warna.

Terlepas dari perdebatan itu, Hidir cukup baik menjelaskan kembali buku Marvin Harris. Katanya, Marvin Harris Antropolog beraliran materialisme budaya. Sebab, materi itu penting karena membentuk karakter manusia.

Buku Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir adalah penjelasan tentang strategi adaptasi manusia terhadap alam. Disamping persepi umat Hindu di India yang menganggap sapi itu suci,  Marvin Harris justru menjawab dari sisi ekonomis.

Sapi di India sebagai salah satu faktor nilai produksi, selain alat pembajak sawah juga sebagai sumber nutrisi bagi manusia karena susunya. Sebab itu, memotong sapi justru akan memusnahkan sumber kehidupan bagi umat Hindu di sana. Lagi pula, memberi makan sapi tidaklah sulit karena sumber pakannya mudah didapatkan.

Lain hal dengan babi bagi umat Yahudi dan Islam. Hewan ini tidak dapat beradaptasi dengan baik diwilayah yang panas dan bergurun. Sumber pakannya akan sangat sulit didapatkan dengan tipe wilayah seperti itu.

Penjelasan lain yang digunakan Hidir sebagaimana Marvin Harris dalam buku tersebut, babi adalah tipe hewan yang rakus dan jorok sehingga kemungkinan sumber penyakit dalam dirinya sangat tidak baik untuk dikonsumsi manusia. Lagi pula, kata Hidir, memelihara babi akan menyita banyak waktu.

Bagaimana dengan persepsi bahwa laki-laki lebih penting dari pada perempuan? Menurut Hidir, disamping perempuan sebagai aset dan properti, laki-laki secara leluasa dapat menguasainya sesuai kehendaknya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Laki-laki dianggap lebih penting karena akan disiapkan dan dilatih sejak dini untuk berperang.

Penjelasan itu merujuk cerita Marvin Harris tentang perempuan yang melihat wujud cinta laki-laki berdasarkan kekerasan yang dilayangkan padanya. Semakin sering dipukul, laki-laki itu dianggap cinta pada perempuan.

Tentang laki-laki harus berperang dan anak perempuan dianggap tidak penting, menurut Hidir, itu adalah strategi bertahan hidup untuk mengurangi tingkat populasi dan penguasaan wilayah. Hal itu berlaku, sebab, masa dulu masyarakat belum mengenal teknologi pertanain untuk menyiapkan kebutuhan hidup dengan cepat. Sebab, semakin banyak populasi otomatis akan semakin banyak pula sumber makanan yang harus disiapkan.

Membaca langsung buku Marvin Harris tentu lebih mudah memahaminya. Catatan ini hanya sepenggal cerita dari diskusi dengan Achmad Hidir.

About the author

Nurul Fitria

Menyukai dunia jurnalistik sejak menginjak bangku Sekolah Menengah Atas. Mulai serius mendalami ilmu jurnalistik setelah bergabung dengan Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau pada 2011. Sedang belajar dan mengembangkan kemampuan di bidang tulis menulis, riset dan analisis, fotografi, videografi dan desain grafis. Tertarik dengan persoalan budaya, lingkungan, pendidikan, korupsi dan tentunya jurnalistik.