Sidang ke 15: Ahli Meringankan
PN Pelalawan, 22 September 2020—Majelis hakim Bambang Setyawan, Joko Ciptanto, Rahmat Hidayat Batubara Kembali pimpin sidang Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) terdakwa PT Adei Plantation & Industry. Terdakwa korporasi diwakili oleh Goh Keng Ee.
Pihak Penasehat hukum terdakwa M Sempakata Sitepu dan Suherdi hadirkan ahli A de Charge atau ahli meringankan. Mereka terdiri dari Idung Risdiyanto, Basuki Sumawinata dan Yanto Santosa, ketiganya aktif mengajar di Institut Pertanian Bogor.
Jaksa dihadiri, Rahmat Hidayat dan Ray Leonardo.
Berikut keterangan ahli dalam persidangan.
Idung Risdiyanto (Ahli Meteorologi dan Pencemaran Kualitas Udara)
Dalam persidangan, ia berpendapat kalau kualitas udara ambien hanya bisa dihitung saat karhutla terjadi. Kemudian disesuaikan dengan Indeks Standart Pencemaran Udara (ISPU) yang sudah ditentukan. Hasil kualitas udara disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Kemudian harus dibedakan hasil hitungan karhutla tersebut, itu gas rumah kaca yang berasal dari karbon atau gas cemar udara berasal dari Co2 yang didapat dari hasil fotosintesis.
Hanya standart perhitungan pencemaran udara yang bisa dihitung dan tidak untuk pelepasan gas rumah kaca.
Untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari karhutla, haruslah disesuaikan dengan angka sebelum dan sesudah kebakaran terjadi. Hasil dampak, tidak bisa dilihat dari perbandingan sampel bekas terbakar dan yang tidak terbakar, sebab yang tersisa terbakar hanyalah karbon. Untuk melihat hasil dampak rumah kaca harus pakai teknik permodelan dan itu sulit.
Ia datang ke lokasi Karhutla PT Adei pada 26 Oktober 2019. Ia datang independent atas permintaan korporasi. Disana ia ambil lanscap dan tutupan lahan dan dipadukan dengan data dari Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika. Dalam analisisnya dan dapat hasil kalau pad 7 September 2019 terjadi resiko tinggi, angin kencang dan udara kering saat itu. Daerah tersebut bertekanan tinggi.
Dengan kondisi yang demikian rupa, kerawanan cuaca tinggi, kemudahan bahan bakar tinggi dan tingkat penyebaran tinggi sebab angin kencang. Maka api yang timbul sebabkan cepat melahap gambut. Dan kebakaran itu disebabkan factor manusia dan faktor pendukung lain yang dilakukan manusia.
Hasil kualitas udara pada saat terjadi karhutla dengan perhitungan ISPU adalah sedang. Masih pada posisi hati-hati. Kualitas udara akan pulih keposisi semula saat hujan turun.
Pada lokasi terbakar, ia heran dengan kondisi cuaca saat itu mengapa hanya 4,16 hektar yang terbakar. “Kenapa hanya sedikit,” ucap Idung. Padalah dalam kondisi demikian dan dibandingkan dengan daerah lain pastilah kebakaran terjadi berhari-hari. Dan lahan terbakar pasti luas. Pemadaman selesai kurang dari sepuluh jam, ini prestasi.
Basuki Sumawinata (Ahli Tanah)
Saat kedatangannya kelokasi pada 26-27 Oktober 2019 ke lahan terbakar dan hadir atas permintaan PT Adei. Melihat lokasi dan mengambil sampel pada titik koordinat sampel yang diambil oleh ahli yang dibawa penyidik. Pada tiap tujuh titik sampel ia ambil lima sub sampel, lalu diaduk jadi satu kemudian dibagi jadi dua kantong. Satu kantong untuk sampel biologi dan kimia. Sampel dibawa ke Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB.
Hasil yang didapat, dari sampel terbakar dan tidak tidak ada perbedaan sifat, semua hampir sama. Jika dianalisis tiap sampel hasilnya beda, maka dilakukan analisis secara bersama, hasilnya tidak ada perbedaan dan tidak ada kerusakan. Artinya tidak ada perubahan dengan kondisi awal setelah terjadi karhutla.
Jika terjadi kerusakan maka lahan tidak berfungsi sebagaimana awal. Lahan tetap berfungsi untuk tanaman sawit. Dan selama perusahaan masih produksi dan masih rekrut karyawan, bukti bahwa tidak ada terjadi kerusakan.
Metode penimbunan yang dlakukan untuk padamkan api adalah ide yang orisinal. Belum pernah dilakukan teknik pemadaman api seperti itu. Dan proses itu tidak ganggu zat keasaman lahan. Abu bekas kebakaran yang akan menaikkan keasaman lahan ke posisi netral.
Penurunan sifat tanah tidak bisa digambarkan sebab harus dilihat proporsinya. Dan kebakaran hanya buat kerugian sebab sawit terbakar tidak bisa berproduksi lagi. Sehingga ada biaya yang dikeluarkan untuk tanam kembali.
Sekarang ini sawit jadi sumber devisa terbesar Indonesia dan pemerintah yang beri izin untuk diusahakan dengan terbitkan Hak Guna Usaha. Maka tidak ada kepentingan perusahaan bakar lahan, apalagi kini sudah dipantau sistem perdagangan internasional yakni Indonesian Sustainable Palm Oil System dan Roundtable on Sustainable Palm Oil.
Yanto Santosa (Ahli Konservasi dan Keanekaragaman Hayati)
Ia mengamati lokasi terbakar pada Oktober 2019 selama delapan hari, hanya tiga hari ia ikut selebihnya asistennya yang kerja. Ia meneliti lahan bekas terbakar dan tidak untuk lihat jumlah burung, satwa, reptil, mamalia dan fauna. Hasil pada lahan terbakar,jumlah burung meningkat, repti naik dan mamalia turun. Dan jumlah kupu-kupu naik, kecuali satwa liar.
Kebakaran yang terencana dan terkendali lazim dilakukan di negara lain. Ini juga berguna untuk satwa liar,dan beberapa bulan kemudian pasca kebakaran kondisi akan kembali ke awal. Terjadi proses rantai makanan.
Pada lahan PT Adei yang terbakar tidak ditemukan kepunahan flora dan fauna, sebab setelah kebakaran ada proses pembentukan secara alami. Mungkin saat kebakaran flora dan fauna berpindah hindari api dan masuk kedalam lahan yang lembab. Makanya timbul tanaman baru pada areal terbakar. Maka dari itu tidak mungkin terjadi kepunahan 100% sebab punya proses alami untuk menghindar api.
Kerusakan akan terjadi jika ada gangguan rantai makanan dan kepunahan 100%.
Pemeriksaan berlangsung hampir empat jam. Sidang ditunda esok, 23 September 2020 agenda pemeriksaan setempat.#Jeffri